Loading

Jangan Menghinakan Nikmat Allah

Setiap orang tak ingin harga dirinya dinodai dan kehormatannya dihinakan orang. Tiap manusia selalu ingin dihormati dan muliakan. Tak ingin dicaci dan dicemooh. Lebih-lebih dibuka aib dan kekurangannya. Pasti dia apontan akan marah. Demikian juga, jika hasil jerih payahnya tidak dihargai, tentu dia akan marah dan benci kepada orang yang menghinakan karyanya. Seorang sarjana misalkan, empat tahun dia menimba ilmu untuk menghilangkan kebodohan dari dirinya dan dia dinyatakan selesai kuliah dan mendapatkan gelar sarjana setelah menyelesaikan skripsinya. Tentu, untuk menghasilkan skripsi yang bagus dan diterima sebagai hasil yang orisinil, dia kerahkan sekuat tenaga, pikiran, harta benda, dan segala yang dia milikinya. Berbahagialah dia setelah menyelesaikan berbagai rintangan ujian dengan baik. Skripsi telah tuntas dia selesaikan. Sungguh skripsi itu hasil perjuangannya selama empat tahun bahkan lebih. Namun apa jadinya ketika hasil skripsinya itu dibanting di hadapannya, tentu sungguh akan sangat marah dia terhadap orang yang tidak menghargai hasil jerih payahnya.

Seorang ibu rumah tangga, dia akan kecewa jika masakannya tidak dihargai oleh suaminya. Sungguh kecewa seorang guru, jika keterangannya tidak didengar oleh murid-muridnya. Akan marah besar, jika seorang direktur, jika perintahnya tidak dikerjakan oleh bawahannya. Orang akan kecewa pada orang yang diberi sesuatu, tetapi dia menolak dengan mengacuhkannya. Demikian pula, sangat marah seorang panglima, jika perintahnya tidak dilaksanakan oleh prajuritnya. Intinya, kemarahan dan kekecewaan itu akan muncul dari sikap yang tidak menghargai orang lain dan hasil jerih payahnya. Meremehkan dan menghinakan sesuatu akan melahirkan kebencian. Dan orang yang suka meremehkan orang dan suka berlaku sombong akan dijauhi dan dihinakan orang. Kehinaan akan menghampiri orang yang mengundangnya. Orang yang meremehkan suatu pemberian, dia tak akan menerima pemberian yang kedua. Hindari dan jauhi sifat sombong dan meremehkan orang lain.

Demikian pula, Allah SWT akan murka pada seorang hamba, manakala nikmat dan riski-Nya dihinakan. Allah enggan dekat dengan hamba jika perintah-Nya diabaikan, larangan-Nya digemari, dan nikmat-Nya dihinakan. Orang yang meremehkan dan menghinakan Allah, kelak akan dicampakkan ke dalam neraka. Hidupnya berbalut kerakusan dan ketamakan. Tak mau menerima bagian dari riski yang sedikit. Yang dia ingini semua serba melimpah. Jika dihidangkan sebuah makanan yang tak disukainya, tak segan-segan mencacimaki makanan tersebut. Jika mendapat gaji sedikit, tak puas hati ingin mendapat yang lebih. Hatinya telah tertutup oleh lemak dosa dan kekhilafan. Sentuhan hidayah Ilahi tak dapat menembus pekatnya hati. Kerisauan dan kesedihan kerapkali menghampiri hidupnya. Selalu ada sandungan yang mengganjal langkah-langkahnya. Kebahagiaan yang didambakan hanyalah bayangan semu belaka. Jika memang berpihak kepadanya, itu sangat sekejab dia nikmati. Kepuasan nafsunya akan berganti dengan kemalangan.

Tampak kedua matanya melotot terhadap saudaranya yang mendapat kebahagaan. Dia melihat orang lain seperti lebih bahagia dan lebih nikmat dari pada dirnya. Seperti pelangi selalu ada di atas kepala orang lain. Begitu yakin dia bahwa rumput tetangga lebih subur dari pada rumput sendiri. Manakala saudaranya mendapat nikmat, hatinya ingin nikmat itu berpindah kepada dirinya. Dia senang jika saudaranya tertimpa kemalangan. Saat keberuntungan ada padanya, kesobongan dan bakhil menguasainya. Urusan dunia dia selalu melihat pada orang yang tinggi dari padanya. Urusan akhirat dia memandang orang yang lebih rendah dari padanya. Sikap ini harus dijauhi oleh orang mukmin, karena sifat ini termasuk dari sifat meremehkan anugrah Allah. Sungguh buruk orang yang bersifat seperi itu. Allah benci kepada orang selalu meremehkan nikmat-Nya. Hingga Rasulallah SAW bersabda:

أُنْظُرْ إِلَى مَنْ هُوَ أَسْفَلَ مِنْكُمْ ، وَلاَ تَنْظُرُوْا إِلَى مَنْ فَوْقَكُمْ ،

فَإِنَّهُ أَجْدَرُ أَنْ لاَ تَزْدُرُوْا نِعْمَةَ اللهِِ عَلَيْكُمْ.

(رواه الترمذي)

“Lihatlah orang yang lebih rendah dari pada kalian, dan janganlah melihat orang yang lebih tinggi dari kalian , karena yang demikia itu, lebih layak bagi kalian untuk tidak meremehkan nikmat Allah yang diberikan kepada kalian.”

(HR. Tirmidzi)

Orang yang memandang orang lain lebih tinggi dari dirinya, dia akan lupa nikmat yang ada pada dirinya. Walaupun nikmat yang ada pada dirinya itu sangat banyak, tetapi dia lupa akan nikmat itu, seakan-akan lenyap begitu saja. Seperti orang yang kehilangan uang lima puluh ribu dan di kantongnya masih ada Rp. 950.000, dia malah pusing tujuh keliling mencari uang yang lima puluh ribu itu, lupa bahwa di kantongnya ada uang Rp. 950.000. Padahal, uang yang ada di kantongnya itu jauh lebih banyak dari pada uang yang hilang. Itu artinya, manusia sering risau dengan harta yang tidak ada dan lupa begitu banyak riski Allah yang ada belum sempat dia syukurinya. Inilah yang disebut dengan meremehkan nikmat Allah. Dari sinilah muncul sifat-sifat tercela, seperti kufur nikmat, pelit, tamak, iri dengki, dan bahkan berupaya agar nikmat orang lain itu berpindah pada dirinya atau hilang sama sekali. Dia tidak senang orang lain mendapat nikmat. Untuk mewujudkan tujuannya ia hampiri dukun sesat dan mengikuti nasehatnya. Yang lebih parah lagi adalah dia berani melangkahi ketetapan dan taqdir Allah. Karena itu, Allah tidak mau dekat dengan hamba yang selalu meremehkan dan menghinakan anugrah Allah.

Sedangkan orang yang mengagungkan karunia Allah, dia akan mudah mensyukurinya. Sedikit atau banyak tak menjadi soal baginya. Dia teriama dengan lapang dada dan hati ridha. Karena dia sadar bahwa nikmat Allah yang ada pada dirinya sudah sangat banyak sekali, bahkan tak terhitung jumlahnya. Bagaimana tidak, nikmat nafas saja dia tidak bisa menghitungnya. Belum lagi nikmat kedua mata, telinga, kaki, tangan, dan masih banyak lagi yang lainnya. Karena itu, qonaah menjadikan dia kaya hati. Sehela nafas dan sekerling kedipan mata sekali pun menjadikan dia terus bersyukur kepada Allah. Dalam urusan dunia dia selalu melihat orang yang lebih rendah dari padanya. Urusan akhirat dia melihat pada orang yang lebih tinggi dan lebih banyak bekal akhiratnya. Mengagungkan dan mesyukuri nikmat-Nya, membuat hamba selalu dekat dengan Allah. Dan Allah pasti menambah karunia yang disyukurinya. Dengan tidak menghinakan nikmat Allah inilah, seorang hamba dapat bersama Allah dalam setiap karunia yang ia terima.

StumbleDeliciousTechnoratiTwitterFacebookReddit

0 komentar:

Categories